Kamis, 28 November 2019

Menolak Pilkada (Pilpres) melalui DPRD (MPR)

Dari status FB (Friends - 28 November 2019)

MENOLAK PILKADA (PILPRES) MELALUI DPRD (MPR)
Bahwa DPR dan MPR itu lembaga yang dimaksudkan menjalankan fungsi representasi, benarlah adanya. Tetapi apakah sudah benar-benar berfungsi demikian, rasanya tidak. Maka, gagasan untuk menghapuskan pilkada (dan pilpres!) dan menggantikannya dengan pemilihan di DPRD (dan MPR) jelas mengabaikan pentingnya keterwakilan warga.
Lagipula, demokrasi bukan semata-mata representasi. Ada juga elemen mendasar lain, yaitu partisipasi. Memindahkan arena pemilihan dari pemilihan umum ke gedung parlemen jelas mengebiri partisipasi warga. Memang, partisipasi bukan semata-mata urusan pemilihan. Tapi ketika saluran-saluran partisipasi lain sudah telanjur dipersempit (karena buruknya keterwakilan tadi), pemilihan umum adalah satu-satunya saluran yang relatif masih terbuka bagi partisipasi warga.
Alasan "menunggu kematangan berdemokrasi" (apa pula ini ukurannya?) adalah jebakan tanpa akhir. Siapa pula penikmat kekuasaan yang rela melepaskan segala kenikmatan yang diperolehnya dari pemilihan eksklusif, ketika -- anggaplah -- sudah mencapai kematangan berdemokrasi? Lebih mendasar lagi: politik eksklusif macam apa yang bisa mengantarkan kematangan demokrasi? Bukankah demokrasi itu dari sononya sudah ber-"golongan darah" inklusif?
Jujur sajalah: high-cost politics itu sudah mencekik leher kalian sendiri yang melulu mengandalkan uang untuk memenangkan kompetisi kekuasaan di antara kalian sendiri -- melalui vehicle dan vote buying -- sehingga kalian memerlukan sistem lain yang memungkinkan transaksi lebih sederhana dan murah dalam lingkungan yang eksklusif. Dengan begitu, kekuasaan yang diperoleh akan mempercepat proses break even point dan menghasilkan keuntungan lebih besar.
Logika "asimetris" pun tidak tepat digunakan untuk membenarkan perubahan cara pemilihan. Asimetris itu harus diletakkan jauh di awal, yaitu di kerangka desain sistem kepartaian. Jangan lagi kepartaian nasional, tetapi bukalah kran untuk berdirinya partai-partai lokal. Itu baru namanya politik asimetris.
Singkat kata: Saya menolak ide pilkada melalui DPRD, apalagi pilpres melalui MPR.*

Tidak ada komentar:

Posting Komentar